WELCOME TO MY BLOGLet's join myblog, contact me

Jumat, 09 September 2016

VOLUNTER: Harga mati tanpa “tapi”

VOLUNTER: Harga mati tanpa “tapi”


(www.google.com)

Siapa yang tak kenal BUTET MANURUNG? Dialah Seorang Pendiri dan Direktur SOKOLA-Literasi dan Advokasi untuk masyarakat Adat Indonesia. Artikelnya yang dimuat dalam harian kompas - 3 november 2015 sebuah pencerahan dalam artikel singkat namun memikat. Yah, memikat sebuah pencerahan bagi siapa pun yang membacanya.
Saya merasa tergugah dengan untaian kalimat “bantuan kecil kita bisa jadi besar maknanya bagi mereka yang benar-benar membutuhkan”, “butuh dan membutuhkan menghasilkan perasaan yang berbeda”. Saya sependapat dengan dua kalimat tersebut. Jika kita hubungkan dengan sebuah cerita tentang seorang guru yang mengajar dengan niat mencari uang sangat berbeda dengan seorang guru yang mengajar dengan niat menyampaikan ilmunya dengan tulus. Guru yang pertama merasa “butuh” sedangkan guru yang kedua merasa “dibutuhkan”. Ketika kita butuh seolah kita megharapkan sesuatu kemudian jika kita berhasil mendapatkannya kita akan puas tapi jika kita tidak mendapatkannya maka kita akan kecewa. Sedangkan ketika kita dibutuhkan ada suatu kebahagiaan yang bermakna dalam hati. Yah, seperti yang dikatakan Butet, merasa berharga dan membuat diri kita akhirnya bersyukur. Selain berbuah baik bagi kita untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, tapi juga berbuah manis pula bagi orang lain. Contohnya saja ketika mengajarkan beberapa baris saja pada lembaran iqra’ kepada anak kecil kemudian dia berhasil membacanya dengan bacaan yang benar, menjadikan bermanfaat baginya bagaikan memberi tetesan air  pada orang yang  kehausan. Pokoknya banyak hal yang bisa kita lakukan dibalik makna ‘dibutuhkan’. Bisa berbagi, memberi, bermanfaat, bertanggung jawab hingga memberi kebahagiaan tersendiri pada diri kita.
Dalam paragraf yang lain ada juga kalimat singkat “Bereskan dulu tapi-mu...”. Yah, memang kata tapi merupakan satu kata penghalang saat kita melangkah. Kadang ketika kita memilih suatu pilihan, langkah kita menjadi tersendat gara-gara kata “tapi”. Membuat kita menjadi berfikir berulang kembali yang akhirnya menumbuhkan keraguan.
Lain halnya dengan volunter. Suatu pekerjaan yang langka ini tidak mengedepankan kata ‘tapi’ melainkan rasa ‘dibutuhkan’ dengan niat yang tulus, yang melahirkan kebahagiaan dalam diri. Kadang  yang dilakukan volunter menimbulkan pertanyaan pada orang lain yang tak berhasil memberikan jawaban yang memuaskan bagi mereka. Karena perbedaan cara pandang mereka tentang volunter dan tidak menangkap sisi baik dari volunter adalah kekayaan batin.

Sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar